7 Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Memilih Partner Dalam Berbisnis

7 Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Memilih Partner Dalam Berbisnis

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam berbisnis, terdapat banyak faktor yang menjadi penentu keberhasilan. Selain faktor-faktor mendasar seperti pengetahuan dalam berbisnis, perencanaan matang, permodalan, model bisnis dan kemampuan membangun jejaring, terdapat pula faktor-faktor lain seperti pemilihan partner bisnis yang tepat. Ada yang bilang, bahwa memilih partner bisnis hampir mirip seperti mencari pasangan hidup, bukan cuma harus cocok, tetapi juga bisa bekerja sama dalam menjalani berbagai rintangan. Lantas, apa saja hal penting yang perlu diperhatikan dalam memilih partner bisnis?

  1. Track record

Melihat track record seseorang merupakan cara termudah untuk menjadi media penilaian awal terhadap calon partner bisnis. Meskipun katakan, orang ini adalah teman dekatmu, belum tentu dia akan cocok untuk menjalankan bisnis bersamamu. Track record biasanya bukan hanya dilihat dari pendidikan formal saja, melainkan juga bagaimana seseorang melakukan pekerjaannya, atau histori bagaimana seseorang mengatasi masalah yang timbul di sekitarnya. Biasanya cara paling mudah untuk mengetahui track record seseorang adalah melalui CV atau profil Linkedin, tetapi jika tidak ada, kamu juga bisa bertanya kepada orang lain yang pernah bekerja dengannya.

  1. Tujuan Berbisnis

Salah satu cara termudah untuk bisa mengetahui ultimate goal seseorang adalah dengan memahami kebutuhannya. Seperti yang dikatakan pada teori piramida Maslow, bahwa setiap orang akan ‘tergerak’ sesuai pada level kebutuhannya. Ketika seseorang masih berada di ‘physiological needs’ maka kemungkinan besar tujuan dari dirinya berbisnis masihlah mengejar materi. Tipe calon partner seperti ini akan menjadikan profit dalam waktu dekat sebagai salah satu tujuan utama, sehingga lebih cocok dengan tipe bisnis yang fast return. Misalnya bisnis kebutuhan primer seperti bisnis makanan, dan pakaian. Akan tetapi jika seseorang sudah berada pada taraf ‘self-actualization,’ dirinya mungkin sudah tidak mengkhawatirkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya. Tipe seperti ini akan cocok untuk diajak terjun ke bisnis dengan tipe long return, karena calon partner tersebut lebih peduli terhadap penghargaan.

  1. Value

Value atau nilai adalah dasar seseorang dalam bertindak dan memutuskan sesuatu. Cara termudah untuk mengetahui value atau nilai yang dianut seseorang adalah dengan memperhatikan keluarga dan lingkungan pertemanannya. Biasanya ketika kamu mengajak seorang calon partner yang berasal dari lingkungan pertemanan yang sama, kalian akan memiliki setidaknya satu atau dua value yang serupa. Misalnya, calon partner yang kamu ajak dari organisasi sosial tempat kamu melakukan kegiatan sukarelawan, kemungkinan memiliki nilai ‘sosial’ yang sama denganmu, sehingga dapat dengan mudah mengerjakan kegiatan sosial bersama di perusahaan kelak. Sementara calon partner yang kamu ajak dari lingkungan satu almamater mungkin memiliki pendekatan pemikiran yang sama sehingga mudah dalam merumuskan jalan keluar masalah. Permasalahannya adalah, apakah beberapa calon partner dari lingkungan berbeda dapat dengan mudah dipersatukan? Tentu saja tantangannya adalah menemukan irisan value dari beberapa calon partner agar tidak terjadi konflik di internal perusahaan.

  1. Cara komunikasi

Salah satu indikator lingkungan kinerja yang sehat adalah kelancaran komunikasi. Biasanya orang menganggap komunikasi yang baik terjadi ketika topik pembicaraan “nyambung” atau setidaknya ketika maksud yang kamu sampaikan bisa dimengerti dengan baik. Namun, satu hal yang seringkali diabaikan oleh sebagian besar orang adalah kesamaan simbol dan lambang dalam berkomunikasi, termasuk simbol dan lambang salah dan benar. Misalnya simbol kebenaran tentang kondisi finansial perusahaan, ketika tidak disepakati, simbol antara ‘kondisi kritis’ dan ‘aman’ bisa jadi berbeda antara kamu dan partner bisnismu. Ketika kamu menganggap kondisi ‘aman’ adalah adanya jangka waktu yang jelas dalam pengembalian pinjaman kepada perusahaan, bisa jadi partner bisnismu merasa pinjaman kepada perusahaan, seberapa besarpun tidak akan menimbulkan masalah asal dikembalikan. Simbol dan lambang yang selaras dapat mencegah terjadinya miskomunikasi yang dapat membangun lingkungan kinerja kurang sehat.

  1. Melihat kebutuhan perusahaan

Seringkali seorang pengusaha tergesa-gesa dalam menentukan partner bisnis tanpa melihat terlebih dahulu kebutuhan nyata dari perusahaannya. Misalnya karena baru saja mengenal seseorang yang ahli dalam memperbaiki komputer, tiba-tiba saja direkrut untuk menjadi CTO (Chief Technology Officer) yang harus menguasai hal-hal lain di luar dari perbaikan komputer. Meski tampak sepele, tetapi hal ini bisa berakibat fatal. Ahli perbaikan komputer belum tentu cocok menjadi CTO, kamu harus telebih dahulu melihat kecocokan antara tugas yang akan diemban partner bisnismu dengan skill-set yang dimilikinya. Selain itu, kamu juga perlu meninjau kebutuhan karakter yang kamu perlukan di posisi bersangkutan. Jika kamu  memerlukan partner yang memiliki empati dan rasa tanggung jawab yang tinggi, maka jangan mengajak bekerja sama terhadap partner yang jelas tidak memenuhi kriteria tersebut.

  1. Growth mindset

Seseorang yang memiliki growth mindset akan sangat terbuka terhadap kritik dan saran, hal ini  akan mempermudah jalannya menuju perkembangan yang lebih baik. Bisa dibilang suatu bencana ketika kamu lebih memilih partner yang cerdas, dapat diandalkan, dibutuhkan perusahaan dan sangat berkontribusi, tetapi anti kritik dan bersikap defensif ketika mendapatkan saran. Selain memperlambat gerak perusahaan, hal ini akan menjadi biang sakit kepala bagi kamu di masa mendatang. Salah satu ciri yang dapat kamu amati untuk menemukan orang dengan growth mindset adalah jauhnya kehidupan orang ini dari drama, karena dirinya tidak fokus kepada masalah, tetapi fokus kepada solusi dan penyelesaiannya. Sangat mudah untuk orang yang memiliki growth mindset dalam mendiskusikan hal-hal yang tabu ataupun dinilai sebagai privasi sekalipun, selama hal itu berkontribusi terhadap pertumbuhan dirinya sebagai manusia. Hal ini membuka jalan bagi kamu dan calon partner untuk bisa leluasa mengembangkan bisnis tanpa takut ada hambatan dari rasa tersinggung atau ego yang membandel.

  1. Perjanjian tertulis

Mengapa membuat persetujuan tertulis itu penting?

Pada hakikatnya manusia itu tempatnya salah, bahkan setelah memenuhi 6 kriteria di atas, tidak ada jaminan bahwa kamu dan partner-mu tidak akan pernah berselisih paham, atau lupa akan janji-janji manis satu sama lain di awal kesepakatan. Dokumen tertulis menjadi bukti tentang kesepakatan dan kesepahaman yang sudah sama-sama kalian sepakati sejak awal, dan menjadi bukti bagi satu sama lain jika di masa mendatang ada yang lupa dengan janjinya. Selain itu, bentuk tertulis ini mempermudah kamu dan partner-mu untuk menyamakan simbol dan lambang antara benar dan salah, setidaknya dalam konteks jalannya perusahaan. Perjanjian tertulis juga mempermudah proses tindak lanjut sengketa dengan partner bisnis, baik dengan cara kekeluargaan maupun jalur hukum lainnya.

Ketujuh poin penting di atas bisa kamu gunakan untuk melakukan penilaian awal ketika akan memilih partner bisnis atau jodoh #eh. Setidak-tidaknya kamu bisa lebih tenang mengetahui bahwa ada 7 mekanisme yang sudah dilewati untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan karena salah memilih partner bisnis. Kalau sudah melewati 6 langkah pertama, kamu bisa kontak Axell untuk bikin perjanjian tertulis dengan menggunakan jasa LPO. Yuk hubungi Axell segera!

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top
%d bloggers like this: